WAKIL GUBERNUR NTB MENANDATANGI PRASASTI BUMDES MART BINA SEJAHTERA DESA KEMBANG KERANG
28 Januari 2020 10:05:47
Admin
477 Kali Dibaca
Berita Desa
Mataram 28 Januari 2020, Sehari setelah peresmian BUMDes Mart, Pengelola Sampah dan Lounching Posyandu Keluarga Desa Kembang Kerang. Kepala Desa Kembang Kerang (Yahya Putra, S.Pd) bersama rombongan langsung diminta menghadap ke ruangan Ibu Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd), karna beliau tidak sempat menghadiri undangan peresmian tersebut.
Sebelum menandatangani Prasasti, Ibu Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat berpesan kepada Kepala Desa Kembang Kerang agar Posyandu Keluarga betul-betul diperhatikan dan BUMDes Mart diharapkan sebagai penunjang geliat ekonomi masyarakat Desa Kembang Kerang sehingga mampu menekan angka TKI dan TKW keluar Negeri.
Terkait dengan program Zero Waste ibu Wagub berpesan agar sungai dan parit dikembalikan kefungsinya, bukan sebagai tempat pembuangan, tentunya ini menjadi amanah bagi Kepala Desa Kembang Kerang. pada kesempatan itu juga Yahya Putra, S.Pd menyerahkan Proposal Bantuan Peralatan Pengelolaan Sampah untuk menunjang BANK Sampah Bina Sejahtera Desa Kembang Kerang.
Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd menandatangani Prasasti BUMDes Mart Bina Sejahtera Desa Kembang Kerang dan setelah itu Kepala Desa Kembang Kerang Memberikan Cindramata Ukiran Bambu karya handmade Oktomi Harja (Putra Desa Kembang Kerang).
Kembang Kerang merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan
Aikmel, kabupaten Lombok Timur, provinsi Nusa Tenggara Barat,
Indonesia. Desa merupakan satu dari 9 desa dan kelurahan yang
berada di kecamatan Aikmel. Desa ini memiliki kodepos 83653. Desa
ini sebagian besar dihuni oleh orang-orang yang bersuku sasak dan
samawa. Desa kembang kerang sendiri memiliki bahasa Ngeto-Ngete,
sebelas dua belas dengan Sembalun, Karang Baru, Wanasaba, dan
Suralaga. Berdasarkan informasi dari muut ke mulut dari para orang
tua, menyetakan bahwa bahasa mereka mirip karena mereka memang satu
rumpun atau satu asal muasal nenek moyang. Desa kembang kerang
sendiri terdiri dari desa Kembang Kerang Lauk, Kembang Kerang Daya,
Bagek Manis, Montong Pace, Keroya, Bagek Rebak dan Bagek Nyaka.
Penduduk mayoritas beragama islam, dengan mata pencaharian sebagian
besar adalah petani dan pedagang dan Ibu Rumah Tangga. Asal
Usul[sunting | sunting sumber] Sejarah terbentuknya desa kembang
kerang tersebut didalam babad sejarah lombok bahwa warga dan
keluarga kerajaan yang tinggal di sembalun ketika meletusnya gunung
samalas (Yang sekarang adalah gunung rinjani) pada tahun 1300an
sebagian berlari ke kembang kerang. adapun asal usul nama kembang
kerang sendiri cukup beragam, diantaranya: 1.Tulisan yang jatuh
Pada suatu hari, orang-orang duduk-duduk di pinggir jalan dan
lewatlah becak cidomo kemudian terjatuhlah sebuah papan. Kemudian
diambillah papan yang jatuh tersebut dan membaca papan tersebut
berisi tulisan "Kembang Kerang". Kemudian beberapa saat kemudian
lewatlah orang dasan bagek dan bilang "Kemang Kerang ine i", lalu
kemudian lewat orang kembang kerang daya "adoo karang anyar sebek",
kemdian lewat juga orang bagek manis "aoook dese nene pade" karena
mereka sebenarnya penduduk kembang kerang dan adapun penduduk
kembang kerang sendiri menyebut orang bagek manis dengan sebutan
"Dengan rau", adapun jika orang keroya, bagek rebak dan montong
pace yang lewat mereka mengatakan "arooo kembang kerang ine".
Sehingga tempat tersebut diberi nama desa kembang kerang. 2. Gaya
Perang Orang-orang yang berada di desa kembang kerang memiliki
karakter yang baik sejak zaman dahulu, salah satunya adalah mereka
tidak akan berbuat buruk jika ia tidak diganggu. Demikian pula
ketika zaman perang dahulu, bahwa penduduknya tidak melawan sebelum
musuh melakukan serangan sehingga gaya pertempuran mereka disebut
"Kembang Perang". Namun lama-kelamaan, banyak orang yang salah
dengar mendengar bahwa mereka "Kembang Kerang" 3.Nyanyian Masa Lalu
Kebiasaan orang-orang pada zaman dahulu, ketika bekerja adalah
melantunkan sya'ir-sya'ir agar mereka bekerja dengan semangat
bahkan dilombakan. Salah satu lirik yang populer pada zaman itu
adalah "Kembang, Karung, Karang". Namun karena populernya bait
tersebut dan orang-orang berbicara semakin cepat menyebabkan
orang-orang berkata "Kembang Kerang" bukan "Kembang karung karang"
lagi, sehingga diberilah nama kembang kerang. 4.Budaya Sebuah hal
yang lumrah di desa tersebut adalah elemen rumah orang-orang yang
tinggal di wilayah tersebut yang sebagian besar saat itu dibangun
menggunakan batu karang, lalu tanah yang dimasukkan ke dalam karung
dan setiap rumah rata-rata memiliki tanaman bunga (atau sering
disebut dengan kembang bahasa sananya). Karena melekatnya ketiga
elemen tersebut dengan penduduk setempat (yaitu Kembang, Karung,
Karang) disingkat;lah hal tersebut menjadi "Kembang Kerang".